13 Desember 2008

Ceep… Jangan Menangis Lagi Deek…

Dek… jangan menangis lagi… memang begini keadaanya…

Dek… mari berdo`a agar kita mampu melewati hari yang berat ini…

Maafkan kakakmu yang tak mampu membesarkanmu…entah bagaimana masa depanmu adiku… Bertahanlah adiku… bangkitlah…!! kepalkan tanganmu..!! hantamlah congkaknya dunia ini….. Kakak mohon jangan kau benci kakakmu ini… sayaang... berhentilah menangis... akan kakak pertaruhkan jiwa raga kakak untukmu....

Ooh Tuhan… beri terang jalan Hamba…Begitu berat cobaan yang Kau berikan pada hambamu yang lemah ini…

PERNAH NGESEKS, MESKI TAK PAHAM

Kehidupan dijalanan ibarat hidup di tengah belantara raya, hukum yang diberlakukan oleh penghuninya tidak ubahnya seperti hukum rimba, siapa kuat di akan bertahan atau menang dan siapa yang lemah dia harus tunduk atau tersingkir, segala sesuatu bisa terjadi dengan tidak terencana, begitupun dengan kebiasaan anak jalanan, untuk mewujutkan rasa penasaran asalkan mampu untuk diwujutkan pasti akan mereka lakukan, termasuk rasa keingin tahuan mereka tentang seks.

Didalam suatu komunitas anak jalanan hampir 70 persen sudah pernah melakukan hubungan seks, factor yang mempengaruhi mereka hingga melakukan hubungan seks rata-rata mengaku pada awalnya karena dipaksa oleh teman yang lebih tua. Ironisnya, sebagian besar dari mereka tidak paham soal seks, selebihnya hanya sekedar tahu tanpa memahami maknanya.


Mereka, yang mengaku tahu datang dari anak jalanan laki-laki tampaknya kaum adam ini lebih berani blak-blakan dalam masalah seks. Sementara soal kesehatan, anak jalanan beranggapan kehidupan dijalan membuat mereka lebih kebal terhadap penyakit (atau bisa jadi tidak paham atau tak terdeteksi). Namun pada kenyataanya banyak diantara mereka yang terkena penyakit kulit dan sepertinya tak pernah kunjung sembuh, selain penyakit kulit tidak sedikit pula yang terkena penyakit kelamin seperti (cipilys) dan kencing nanah


Kehidupan keras di jalan membuat mereka tak bisa terhindar secara penuh dari hal-hal yang negative, hampir semua anak jalanan mengaku pernah mengkonsumsi narkoba, jenis narkoba yang menjadi primadona diantara anak jalanan adalah jenis Pil koplo, ngelem (mabuk dengan cara menghirup dalam-dalam udara dalam kalem yang berisi cairan lem) dan Cimeng/Ganja, barang haram tersebut terutama jenis psikotropika banyak mereka peroleh justru bukan dari lingkungan komunitas mereka, melainkan barang-barang itu banyak berasal dari orang-orang diluar lingkungan komunitas anak jalanan, proses ini terjadi dikarenakan secara individu anak jalanan juga banyak yang mempunyai teman selain sesama anak jalanan, tidak sedikit diantara mereka yang sudah mengenal mahasiswa atau anak-anak orang kaya.


Selain pernah mengkonsumsi narkoba ada hal negatif lain yang rutin mereka lakukan, rata-rata anak jalanan terutama yang laki-laki sehari bisa menghabiskan 12 batang rokok, tidak jarang pula mereka juga mengkonsumsi miras secara bersama-sama, sepertinya hal ini sudah menjadi semacam ritual persahabatan, hingga muncul istilah sahabat sebotol, mereka menciptakan dunia mereka sendiri, mereka enjoy dengan kehidupan mereka dan mereka merasa lebih bisa menikmati indahnya hidup dalam dunia yang mereka ciptakan. Hehehe…. Menarik ya……


[Edy Wahyu K. Sahabat Anak jalanan]

12 Desember 2008

BANGGA BISA CARI DUIT SENDIRI

Meskipun secara status mereka masih anak-anak, soal kemandirian anak jalanan tidak kalah dengan orang dewasa yang hidup dalam suasana komunitas masyarakat yang normal. Anak-anak jalanan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri bahkan mereka tidak jarang membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga, kondisi ini menjadi kebanggan tersendiri bagi anak jalanan.

Anak-anak jalanan tidak sepenuhnya tinggal dijalan. Mereka, sebagian besar masih tinggal bersama orang tuanya masing-masing, hanya sebagian kecil yang sepenuh hidupnya dihabiskan dijalanan, biasanya yang seperti ini adalah anak-anak urban yang berasal dari daerah yang jauh dari tempat dimana mereka tinggal sekarang, disini mereka tidak memiliki rumah, orang tua dan saudara, mereka bekerja mengais rejeki tidak hanya sekedar untuk mencari makan dan hiburan, namun lebih dari itu, mereka beraktifitas dijalan untuk bertahan hidup.


Bila diteliti dengan seksama anak-anak jalanan yang masih pulang kerumah dan masih memberi uang kepada orang tua kurang tepat bila disebut sebagai anak jalanan, mereka lebih tepatnya disebut sebagai pekerja anak, sedangkan prwedikat anak-anak jalanan lebih tepat diberikan pada anak-anak urban seperti yang sudah disebutkan diatas. Tempat tinggal mereka tidak menetap, mereka kebanyakan tinggal di kolong jembatan dan emper-emper toko. Jenis pekerjaan yang paling diminati oleh anak-anak jalanan dan menjadi kebanggaan adalah menjadi pengamen, karena mengamen harus memiliki keterampilan bermain gitar dan memainkan nada, aktifitas yang cukup sulit bagi usia anak-anak..


Masyarakat banyak yang yang salah paham dalam menilai aktifitas anak jalanan, mereka tidak jarang diidentikan dengan segerombolan sampah masyarat yang tidak berguna dan sarat dengan permasalahan kriminalitas, ungkapan seperti ini menjadi tidak sepenuhnya benar bila masyarakat mau untuk mencoba ingin tahu siapa sebenarnya mereka.


[Edy Wahyu K, Sahabat Anak Jalanan]

10 Desember 2008

KERASNYA JALANAN JADIKAN MENTAL KUAT

Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat ditingkat bawah ditambah sulitnya mencari pekerjaan menjadi faktor yang dominan penyebab banyaknya aktiifitas untuk mencari penghidupan di jalanan. Tak terkecuali anak-anak pun banyak dilibatkan atau terpaksa melibatkan diri untuk mencari nafkah dengan jalan mengemis, mengamen disepanjang trotoar dan perlintasan lampu merah, yang merasa malu mereka memilih untuk mengasong. Namun pada hakekatnya kehidupan mereka sama yaitu anak jalanan.


Kehidupan keras jalanan berpengaruh pada perkembangan mental, mereka akan terlihat lebih kuat dan mandiri dibanding dengan anak sebaya yang hidup dalam suasana social yang normal. Dalam menghadapi Razia misalnya banyak diantara mereka yang mengaku tak khawatir lagi, kerasnya kehidupan jalanan membuat mental mereka menjadi sangat kuat. Soal perkelahian misalnya paling tidak seminggu dua kali, itu sudah merupakan sesuatu aktifitas yang lumrah.


Namun ada sesuatu yang menarik dari sisi kehidupan mereka, bahwa kerasnya jalanan tidak membuat mereka melupakan tuhan. Banyak hal yang dapat diperoleh dari kerasnya kehidupan jalanan, disana mereka bisa mencari teman untuk berdiskusi atau sekedar berbagi cerita, termasuk untuk membicarakan sesuatu yang baik dan buruk, untuk berbagi biasanya mereka mencari anak-anak yang lebih dewasa. Berbagai karakter ada dilingkungan komunitas anak jalanan, dalam berdiskusi biasanya mereka banyak membahas sesama teman sebaya selebihnya cerita-cerita tentang seks dan lawan jenis. Yang agak unik kebiasaan berdiskusi didominasi anak jalanan laki-laki, sedangkan yang perempuan lebih banyak diam, bisa jadi hal tersebut terjadi dikarenakan factor gender, dimana perempuan memang cenderung tertutup. Dari keseluruhan anak jalanan 85 persen anak-anak jalanan pernah mengenyam pendidikan formal sisanya tidak pernah, mayoritas dari mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal adalah laki-laki.


Sebagian dari mereka status pendidikanya adalah lulusan SD lainya mengaku harus putus ditengah jalan dan tidak ada pilihan lain selain harus beraktifitas dijalanan. Beberapa diantara mereka ada juga yang masih aktif menempuh pendidikan formal rata-rata usianya sekitar 6-14 tahun, 70 persen mereka yang masih sekolah rata-rata masih menjadi tanggungan orang tuadalam hal biaya. Sedang 25 persen lainya mengaku dibantu LSM yang membimbingnya. Selebihnya biaya sendiri, saudara atau majikan. Dari seluruh anak jalan 70 persen dintaranya memiliki pekerjaan. Mereka mengaku tidak hanya nongkrong atau iseng di jalanan, kebanyakan menjadi pengamen, mengasong Koran atau menjual makanan.


Dalam keseharian anak jalanan mengais rejeki selama 6-8 jam tanpa mengenal hari libur, mereka memilih jam siang dan sore hari, namun ada juga yang melakukan pekerjaan di malam hari, hanya tidak banyak yang melakukan. Soal penghasilan, setiap harinya paling tidak mereka memperoleh Rp. 6 sampai 10 ribu seorang, pendapatan tertinggi dalam satu hari yang pernah mereka capai bisa sampai Rp. 30 ribu. Bila dimbil rata-rata setiap harinya mereka memperoleh Rp. 15 ribu, tidak ada hubungan antara anak jalanan laki-laki dalam kaitannya dengan penghasilan Untuk apa uang yang mereka peroleh? Kebanyakan diantara mereka menjawab uang itu akan mereka berikan kepada orang tua, hanya beberapa diantara mereka yang mengaku uang hasil dari mereka bekerja hanya cukup digunakan untuk makan dan sekedar mencari hiburan misalnya untuk main game Play Station.


Lantas kemana mereka mencari bantuan ketika mendapat kesulitan atau masalah yang mereka anggab serius, seperti tertanggkap dalam operasi Preman yang sering digelar aparat kepolisian selain razia-razia yang dilakukan oleh SATPOL PP? Orang Tua dan LSM pembinalah yang dijadikan sasaran pertama, hanya sekitar 5 persen yang berani menghadapi sendiri, itupun sudah masuk kategori bukan anak-anak namun sudah masuk usia dewasa


[Edy Wahyu K, Sahabat Anak Jalanan]