26 Desember 2008

Salah Satu Bentuk Rasa Sayang Tuhan Adalah Ketika Kita Diberi Kesulitan

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu.Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk dan mengamati beberapa jam kupu-kupu itu ketika berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang dalam waktu . Semuanya tak akan pernah terjadi.

Kenyataanya kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu kedalam sayap-sayapnya sedemikian rupa, sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu akan melumpuhkan kita. Kita tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon kekuatan.......Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan.

Saya memohon kebajikan....... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon kemakmuran...... Dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.

Saya memohon keteguhan hati.....Dan Tuhan memberi bahaya untuk diatasi.

Saya memohon cinta....Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya meminta kemurahan/kebaikan hati....Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.

Saya tidak memperoleh yang saya inginkan.... saya mendapat apa yang saya butuhkan.

23 Desember 2008

Perlindungan Perempuan VS Tuntutan Perempuan Dalam Rumah Tangga

Masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), akan membawa kita pada gambaran istri yang teraniaya akibat perbuatan sang suami yang semena-mena dan berujung pada penerlantaran, sehingga masalah ini tercakup sebagai salah satu bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan, bahkan sebagian kalangan menganggap permasalahan ini menjadi salah satu fenomena pelanggaran HAM pendapat ini sesuai dengan Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk kekerasan Terhadap Perempuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1993.

Namun bila kita telusuri kembali sebab terjadinya konflik dalam rumah tangga, tidak semuanya benar bahwa permasalahan yang timbul selalu di awali oleh suami atau kaum laki-laki, tidak jarang pihak istri justru menjadi pemicu terjadinya konflik.

Di negara berkembang seperti di Indonesia kondisi sosial yang tidak seimbang cukup bisa memicu terjadinya konflik dalam rumah tangga, hal itu banyak di pengaruhi oleh kondisi sosial yang tidak menentu dan pengaruh modernisasi yang terus maju. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari seperti sandang, papan dan pangan tidak lagi menjadi kebutuhan utama, tetapi yang mulanya hanyalah kebutuhan tambahan seperti pemenuhan kebutuhan terhadap akses dan hasil/ produk teknologi lainya tidak jarang dimasukan kedalam kebutuhan primer yang pada akhirnya mengkonstursi pemikiran masyarakat menjadi masyarakat konsumerisme sekaligus menjadi paradigma yang sulit untuk dihindarkan.

Pemahaman paradigma seperti ini berimplikasi pada tuntutan pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga yang relatif tinggi, sampai-sampai sirkulasi pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga tidak lagi seimbang, peristiwa seperti ini akan berdampak pada kondisi psikhis dari masing-masing komponen dalam rumah tangga. Suami sebagai kepala rumah tangga akan merasa sangat bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangganya, tetapi permasalahanya tidak semua suami dapat memenuhi semua kebutuhan itu karena berbagai macam faktor, salah satu faktor yang paling dominan adalah keterbatasan suami dalam mencari nafkah. Terkadang keterbatasan seperti ini kurang bisa dipahami oleh pihak istri, sehingga konflik dalam rumah tangga akan muncul dan tidak jarang berakhir dengan kekerasan fisik yang lebih dominan dilakukan oleh suami atau kaum laki-laki.

Pemahaman masyarakat pada umumnya sesuatu yang identik dengan kekerasan fisik, penganiayaan yang menimbulkan rasa sakit, merupakan bentuk pelanggaran (KDRT), tetapi batasan dan bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak hanya sebatas itu, melainkan juga meliputi kekerasan Psikis yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak serta menimbulkan rasa tidak berdaya, kekerasan Seksual yaitu setiap perbuatan berupa pemaksaan hubungan seksual. Pertanyaanya apakah sikap istri yang terlalu menuntut suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangganya bisa dikategorikan pelanggaran KDRT?

Sebenarnya permasalahan KDRT ini telah mendapat perhatian dari pemerintah dengan telah diterbitkanya UU PKDRT pada Tahun 2004, namun dalam pelaksanaanya masih banyak mengalami kendala dan kurang maksimal, hal ini lebih disebabkan kurang maksimalnya proses sosialisasi dan penanganannya, UU PKDRT masih tergolong baru dan masih banyak sisi lemahnya khususnya dalam proses hukum acaranya, KDRT dalam proses hukumnya bersifat delik aduan jadi laporan KDRT dapat dicabut kembali oleh korban sehingga jarang sekali kasus KDRT yang selesai sampai putusan pengadilan, kenyataan seperti ini diperparah dengan sikap komunitas yang cenderung mengabaikan persoalan KDRT, karena terdapat keyakinan bahwa permasalahan rumah tangga adalah urusan internal dan akan menjadi aib ketika permasalahan itu terpublikasikan diranah publik.

Melihat fenomena semacam ini seharusnya pemerintah juga harus ikut bertanggung jawab, tidak hanya menciptakan suatu UU PKDRT, tetapi juga harus bertanggung jawab memberikan pemahaman dan sosialisasi secara intensif kepada seluruh komponen dalam masyarakat bahkan pada masyarakat yang kultur sosialnya paling bawah sekalipun. Selain peran pemerintah peran aktif organisasi kultural swadaya masyarakat seperti (NGO) dan (LSM) juga sangat dibutuhkan, karena organisasi-organisasi tersebut cenderung lebih bisa memahami kultur dan psikologis masyarakat pada umumnya.

Sebagai mahluk sosial tentunya kita tidak akan dapat menghindar dari suatu permasalahan, apalagi dalam menjalani hidup berumah tangga, permasalahan bisa datang sewaktu-waktu dan tak terduga, untuk meminimalisir konflik perlu adanya keseimbangan dengan jalan bisa saling memahami satu sama lain melalui mediasi komunikasi secara intensif, jadi tidak hanya sekedar mencari siapa yang bersalah telah melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga melainkan bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga dengan damai dan penuh keseimbangan.

Oleh: {Edy Wahyu Kurniawan}



KIDUNG RUMEKSO ING WENGI

Kidung ini diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo, bila ditembangkan dengan benar dan dilakukan ditengah malam, akan terasa kasiatnya…. Sebuah energi positif akan keluar membawa ketentraman hati dan energi tersebut juga mampu menghindarkan diri kita dan orang-orang disekitar kita dari gangguan Jin, hewan buas dan niat jahat orang lain.

KIDUNG RUMEKSO ING WENGI

Ana kidung rumekso ing wengi

Teguh kaya luputo ing loro

Luputo bilahi kabeh

Jim setan clatan purun

Paneluhan tan ana wani

Miwah panggawe ala

Gununing wong luput

Geni atemahan tirto

Maling adoh tan ono njarah ing mami

Guno duduk pan sirno

Sakahing lara pan sumyo bali

Sakeh ngomopan sami mirudo

Welas asih pandulune

Sakehing braja luput

Kadi kapuk tibhaning wesi

Sakehing wiso towo

Sato galak tutut

Kayu aeng lemah sangar

Songing landhak guwaning

Wong lemah miring

Myang pukhiponing merak

Pagupakaning warak sakalir

Nadyan arca myang segara asat

Temahan rahayu kabeh

Apan suriro ayu

Ingideran kang widodari

Rinekso malaekat

Lan sugung pra rosul

Pinayungan ing hyang sukmo

Ati adem utekku baginda sis

Pangucapanku ya musa

Napasku nabi ngisa linuwih

Nabi yakub paniyarsuning wang

Dawud suworoku mangke

Nabi Ibrahim nyawaku

Nabi sulaiman (sleman) kasekten mami

Nabi yusup rupaningwangng weng

Edris (idris) ing rambutku

Baghindo ngali (ali) kuliting wong

Abubakar getih daging Ngumar (Umar) singgih

Balung baghindo Ngusman (Usman)

Sungsumingsun patimah linuwih

Siti Aminah bayuning angga

Ayub ing ususku mangke

Nabi Nuh ing jejantungku

Nabi Yunus ing otot mami

Netroku ya Muhammad

Pamulaku Rosul

Pinayungan Adam Kawa (hawa)

Sampun pepak sa’katahe para nabi

Dadiya sariro tunggal

13 Desember 2008

Ceep… Jangan Menangis Lagi Deek…

Dek… jangan menangis lagi… memang begini keadaanya…

Dek… mari berdo`a agar kita mampu melewati hari yang berat ini…

Maafkan kakakmu yang tak mampu membesarkanmu…entah bagaimana masa depanmu adiku… Bertahanlah adiku… bangkitlah…!! kepalkan tanganmu..!! hantamlah congkaknya dunia ini….. Kakak mohon jangan kau benci kakakmu ini… sayaang... berhentilah menangis... akan kakak pertaruhkan jiwa raga kakak untukmu....

Ooh Tuhan… beri terang jalan Hamba…Begitu berat cobaan yang Kau berikan pada hambamu yang lemah ini…

PERNAH NGESEKS, MESKI TAK PAHAM

Kehidupan dijalanan ibarat hidup di tengah belantara raya, hukum yang diberlakukan oleh penghuninya tidak ubahnya seperti hukum rimba, siapa kuat di akan bertahan atau menang dan siapa yang lemah dia harus tunduk atau tersingkir, segala sesuatu bisa terjadi dengan tidak terencana, begitupun dengan kebiasaan anak jalanan, untuk mewujutkan rasa penasaran asalkan mampu untuk diwujutkan pasti akan mereka lakukan, termasuk rasa keingin tahuan mereka tentang seks.

Didalam suatu komunitas anak jalanan hampir 70 persen sudah pernah melakukan hubungan seks, factor yang mempengaruhi mereka hingga melakukan hubungan seks rata-rata mengaku pada awalnya karena dipaksa oleh teman yang lebih tua. Ironisnya, sebagian besar dari mereka tidak paham soal seks, selebihnya hanya sekedar tahu tanpa memahami maknanya.


Mereka, yang mengaku tahu datang dari anak jalanan laki-laki tampaknya kaum adam ini lebih berani blak-blakan dalam masalah seks. Sementara soal kesehatan, anak jalanan beranggapan kehidupan dijalan membuat mereka lebih kebal terhadap penyakit (atau bisa jadi tidak paham atau tak terdeteksi). Namun pada kenyataanya banyak diantara mereka yang terkena penyakit kulit dan sepertinya tak pernah kunjung sembuh, selain penyakit kulit tidak sedikit pula yang terkena penyakit kelamin seperti (cipilys) dan kencing nanah


Kehidupan keras di jalan membuat mereka tak bisa terhindar secara penuh dari hal-hal yang negative, hampir semua anak jalanan mengaku pernah mengkonsumsi narkoba, jenis narkoba yang menjadi primadona diantara anak jalanan adalah jenis Pil koplo, ngelem (mabuk dengan cara menghirup dalam-dalam udara dalam kalem yang berisi cairan lem) dan Cimeng/Ganja, barang haram tersebut terutama jenis psikotropika banyak mereka peroleh justru bukan dari lingkungan komunitas mereka, melainkan barang-barang itu banyak berasal dari orang-orang diluar lingkungan komunitas anak jalanan, proses ini terjadi dikarenakan secara individu anak jalanan juga banyak yang mempunyai teman selain sesama anak jalanan, tidak sedikit diantara mereka yang sudah mengenal mahasiswa atau anak-anak orang kaya.


Selain pernah mengkonsumsi narkoba ada hal negatif lain yang rutin mereka lakukan, rata-rata anak jalanan terutama yang laki-laki sehari bisa menghabiskan 12 batang rokok, tidak jarang pula mereka juga mengkonsumsi miras secara bersama-sama, sepertinya hal ini sudah menjadi semacam ritual persahabatan, hingga muncul istilah sahabat sebotol, mereka menciptakan dunia mereka sendiri, mereka enjoy dengan kehidupan mereka dan mereka merasa lebih bisa menikmati indahnya hidup dalam dunia yang mereka ciptakan. Hehehe…. Menarik ya……


[Edy Wahyu K. Sahabat Anak jalanan]

12 Desember 2008

BANGGA BISA CARI DUIT SENDIRI

Meskipun secara status mereka masih anak-anak, soal kemandirian anak jalanan tidak kalah dengan orang dewasa yang hidup dalam suasana komunitas masyarakat yang normal. Anak-anak jalanan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri bahkan mereka tidak jarang membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga, kondisi ini menjadi kebanggan tersendiri bagi anak jalanan.

Anak-anak jalanan tidak sepenuhnya tinggal dijalan. Mereka, sebagian besar masih tinggal bersama orang tuanya masing-masing, hanya sebagian kecil yang sepenuh hidupnya dihabiskan dijalanan, biasanya yang seperti ini adalah anak-anak urban yang berasal dari daerah yang jauh dari tempat dimana mereka tinggal sekarang, disini mereka tidak memiliki rumah, orang tua dan saudara, mereka bekerja mengais rejeki tidak hanya sekedar untuk mencari makan dan hiburan, namun lebih dari itu, mereka beraktifitas dijalan untuk bertahan hidup.


Bila diteliti dengan seksama anak-anak jalanan yang masih pulang kerumah dan masih memberi uang kepada orang tua kurang tepat bila disebut sebagai anak jalanan, mereka lebih tepatnya disebut sebagai pekerja anak, sedangkan prwedikat anak-anak jalanan lebih tepat diberikan pada anak-anak urban seperti yang sudah disebutkan diatas. Tempat tinggal mereka tidak menetap, mereka kebanyakan tinggal di kolong jembatan dan emper-emper toko. Jenis pekerjaan yang paling diminati oleh anak-anak jalanan dan menjadi kebanggaan adalah menjadi pengamen, karena mengamen harus memiliki keterampilan bermain gitar dan memainkan nada, aktifitas yang cukup sulit bagi usia anak-anak..


Masyarakat banyak yang yang salah paham dalam menilai aktifitas anak jalanan, mereka tidak jarang diidentikan dengan segerombolan sampah masyarat yang tidak berguna dan sarat dengan permasalahan kriminalitas, ungkapan seperti ini menjadi tidak sepenuhnya benar bila masyarakat mau untuk mencoba ingin tahu siapa sebenarnya mereka.


[Edy Wahyu K, Sahabat Anak Jalanan]

10 Desember 2008

KERASNYA JALANAN JADIKAN MENTAL KUAT

Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat ditingkat bawah ditambah sulitnya mencari pekerjaan menjadi faktor yang dominan penyebab banyaknya aktiifitas untuk mencari penghidupan di jalanan. Tak terkecuali anak-anak pun banyak dilibatkan atau terpaksa melibatkan diri untuk mencari nafkah dengan jalan mengemis, mengamen disepanjang trotoar dan perlintasan lampu merah, yang merasa malu mereka memilih untuk mengasong. Namun pada hakekatnya kehidupan mereka sama yaitu anak jalanan.


Kehidupan keras jalanan berpengaruh pada perkembangan mental, mereka akan terlihat lebih kuat dan mandiri dibanding dengan anak sebaya yang hidup dalam suasana social yang normal. Dalam menghadapi Razia misalnya banyak diantara mereka yang mengaku tak khawatir lagi, kerasnya kehidupan jalanan membuat mental mereka menjadi sangat kuat. Soal perkelahian misalnya paling tidak seminggu dua kali, itu sudah merupakan sesuatu aktifitas yang lumrah.


Namun ada sesuatu yang menarik dari sisi kehidupan mereka, bahwa kerasnya jalanan tidak membuat mereka melupakan tuhan. Banyak hal yang dapat diperoleh dari kerasnya kehidupan jalanan, disana mereka bisa mencari teman untuk berdiskusi atau sekedar berbagi cerita, termasuk untuk membicarakan sesuatu yang baik dan buruk, untuk berbagi biasanya mereka mencari anak-anak yang lebih dewasa. Berbagai karakter ada dilingkungan komunitas anak jalanan, dalam berdiskusi biasanya mereka banyak membahas sesama teman sebaya selebihnya cerita-cerita tentang seks dan lawan jenis. Yang agak unik kebiasaan berdiskusi didominasi anak jalanan laki-laki, sedangkan yang perempuan lebih banyak diam, bisa jadi hal tersebut terjadi dikarenakan factor gender, dimana perempuan memang cenderung tertutup. Dari keseluruhan anak jalanan 85 persen anak-anak jalanan pernah mengenyam pendidikan formal sisanya tidak pernah, mayoritas dari mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal adalah laki-laki.


Sebagian dari mereka status pendidikanya adalah lulusan SD lainya mengaku harus putus ditengah jalan dan tidak ada pilihan lain selain harus beraktifitas dijalanan. Beberapa diantara mereka ada juga yang masih aktif menempuh pendidikan formal rata-rata usianya sekitar 6-14 tahun, 70 persen mereka yang masih sekolah rata-rata masih menjadi tanggungan orang tuadalam hal biaya. Sedang 25 persen lainya mengaku dibantu LSM yang membimbingnya. Selebihnya biaya sendiri, saudara atau majikan. Dari seluruh anak jalan 70 persen dintaranya memiliki pekerjaan. Mereka mengaku tidak hanya nongkrong atau iseng di jalanan, kebanyakan menjadi pengamen, mengasong Koran atau menjual makanan.


Dalam keseharian anak jalanan mengais rejeki selama 6-8 jam tanpa mengenal hari libur, mereka memilih jam siang dan sore hari, namun ada juga yang melakukan pekerjaan di malam hari, hanya tidak banyak yang melakukan. Soal penghasilan, setiap harinya paling tidak mereka memperoleh Rp. 6 sampai 10 ribu seorang, pendapatan tertinggi dalam satu hari yang pernah mereka capai bisa sampai Rp. 30 ribu. Bila dimbil rata-rata setiap harinya mereka memperoleh Rp. 15 ribu, tidak ada hubungan antara anak jalanan laki-laki dalam kaitannya dengan penghasilan Untuk apa uang yang mereka peroleh? Kebanyakan diantara mereka menjawab uang itu akan mereka berikan kepada orang tua, hanya beberapa diantara mereka yang mengaku uang hasil dari mereka bekerja hanya cukup digunakan untuk makan dan sekedar mencari hiburan misalnya untuk main game Play Station.


Lantas kemana mereka mencari bantuan ketika mendapat kesulitan atau masalah yang mereka anggab serius, seperti tertanggkap dalam operasi Preman yang sering digelar aparat kepolisian selain razia-razia yang dilakukan oleh SATPOL PP? Orang Tua dan LSM pembinalah yang dijadikan sasaran pertama, hanya sekitar 5 persen yang berani menghadapi sendiri, itupun sudah masuk kategori bukan anak-anak namun sudah masuk usia dewasa


[Edy Wahyu K, Sahabat Anak Jalanan]

24 Oktober 2008

Refleksi Gerakan Perjuangan Perempuan di Indonesia

Oleh : Edy Wahyu Kurniawan*

DISKURSUS tentang kaum perempuan, akan segera melintas di benak kita seiring maraknya kasus diskriminatif dan ketidak adilan banyak terjadi pada kaum perempuan. Banyak hal yang menjadi latar belakang munculnya perjuangan kaum perempuan, diantaranya banyaknya diskriminasi atas hak berpolitik, ketidakadilan dalam struktur ekonomi, budaya yang akhirnya dari kesemuanya tereduksi untuk mendapatkan hak yang sama sebagai manusia. Sejarah gerakan perjuangan perempuan dimulai pada pertengahan abad 19. Emansipasi persamaan hak serta penghapusan diskriminasi terhadap kaum perempuan menjadi landasan perjuangan mereka. Asumsi inilah yang kemudian menjadi dasar dari gerakan perjuangan perempuan yang pada masa kini lebih dikenal dengan sebutan gerakan feminisme.Gerakan perjuangan perempuan mulai kuat dan meluas ketika memasuki abad 20. Kondisi kehidupan yang serba tertekan menumbuhkan kesadaran kaum perempuan terhadap kemampuannya untuk terus berjuang. Di tahun 1940-an ketika pecah Perang Dunia II, pengkontribusian tenaga laki-laki banyak dikonsentrasikan untuk berperang, saat itu banyak sekali sektor-sektor pekerjaan yang mulanya dikerjakan kaum laki-laki dapat dikerjakan dengan baik oleh kaum perempuan, mulai saat itulah perempuan mulai sadar bahwa mereka sebenarnya mempunyai kemampuan yang sama dengan kaum laki-laki. Maraknya gerakan perjuangan perempuan di Eropa menjadi salah satu sumber insprirasi bagi lahirnya gerakan perjuangan perempuan di Indonesia yang dipelopori oleh RA. Kartini sebuah nama yang tidak asing lagi ditelinga kita. Beliau adalah salah satu tokoh pejuang perempuan Indonesia yang pada masanya beliau sangat gigih dalam memperjuangkan ruang-ruang eksistensi kaum perempuan yang pada saat itu memang sedang terjadi pengkebirian, khususnya pemenuhan kebutuhan akan pendidikan education, sungguh ironis fenomena ini muncul karena adanya penyalah gunaan penafsiran atas dogma-dogma sosial dan agama yang berkembang serta diterapkan oleh masyarakat di Indonesia pada saat itu. Perkembangan zaman yang semakin maju membawa pengaruh pada pola berfikir masyarakat, hal ini tentunya akan membawa pada dua sisi ruang pola berfikir positif dan negatif pada ruang perempuan. Asumsi positifnya kaum perempuan lebih bebas untuk mengaktualisasikan eksistensi diri tanpa terbebani oleh tekanan maupun diskriminasi. Asumsi negatifnya ada kekhawatiran dalam menerjemahkan arti kebebasan itu sendiri, kita sering mendengar istilah bias gender, sebenarnya istilah ini muncul lebih diakibatkan oleh pencitraan perempuan itu sendiri. Saat ini kebutuhan kaum perempuan lebih condong pada penyesuaian tuntutan perkembangan zaman, paradigma seperti ini akan membawa dampak yang kurang strategis bagi kaum perempuan. Pemahaman semacam ini mempunyai kecenderungan memaksa sekaligus menjebak kaum perempuan pada kungkungan budaya konsumerisme, propaganda yang didengungkan para produsen kosmetik kecantikan dan produsen jamu perawatan tubuh melalui berbagai macam media iklan dari cetak sampai audio visual, ujung-ujungnya terjadilah proses ketergantungan pada produk-produk kosmetik kecantikan dan jamu perawatan tubuh, lebih parahnya lagi fenomena ini berlangsung di bawah ambang batas kesadaran kaum perempua dan menjadi sesuatu yang amat lazim untuk dilakukan. Bila di kaji lebih dalam segala hal yang diperjuangan oleh para tokoh perempuan sebenarnya lebih diorientasikan pada bentuk kemerdekaan yang sesungguhnya yaitu kemerdekaan serta perlakuan yang sama dan wajar kaum perempuan sebagai manusia disegala sektor termasuk sektor politik, kebudayaan dan kesetaraan akses yang sama dalam sektor pendidikan (education), dalam ruang rumah tangga kesetaraan dalam pengambilan keputusan, rasa memiliki bersama, serta persamaan hak untuk membesarkan anak-anak juga harus menjadi prioritas.


Penulis adalah: Aktifis Perspektif Studies Forum (PSF)

19 Oktober 2008

DESA WISATA SUMBER BRANTAS, KEC. BUMIAJI KOTA BATU

Profil...
Belum banyak orang yang tahu bahwa dahulu daerah perbukitan Junggo merupakan areal perkebunan besar. Sekitar tahun 1870 kawasan antara selekta sampai cangar ini dijadikan pengembangan perkebunan orang-orang eropa dengan menanam berbagai macam komoditi diantaranya yang utama adalah tanaman Kina dan teh. Tidak terkecuali Desa Sumber Brantas yang dulu masih Dusun Jurang Kuwali dikuasai oleh Tuan tanah bernama Menir Klei orang Belanda. Disamping menanam teh istri klei juga mengembangkan usaha hortikultura yaitu budidaya bunga, salah satu peninggalannya adalah bunga rotensia disamping terong slei (terong belanda), hingga sekarang masih jadi salah satu komoditi andalan. Lokasi sebelah cangar yang sekarang dijadikan pabrik jamur dulu merupakan tempat peternakan dengan membiakan Kambing, Kuda dan sapi. Disamping itu keluarga belanda ini juga memiliki tempat pemerahan dan pengolahan susu sapi. Kedatangan Jepang merubah total wajah desa dengan membakar rumah-rumah penduduk dan membabat semua tanaman perkebunan diganti dengan tanaman sejenis rerumputan untuk tanaman ternak. Seluruh anggota keluarga Klei ditahan (interner) dimalang selanjutnya dipulangkan ke negeri Belanda. Dengan mengerahkan ratusan tenaga romusha dari daerah lain, Jepang membangun puluhan gua yang kemungkinan diperuntukan bagi persediaan amunisi dan bahan pangan. Belum sempat dimanfaatkan Jepang keburu menyerah sehingga gua-gua ini terbengkalai. Setelah kemerdekaan tanah-tanah bekas perkebunan Belanda di nasionalisai dengan membagikan kepada para veteran perang. Karena tanah yang luas sudah terbagi-bagi ke penduduk pemanfaatan bukan tanaman industri perkebunan tetapi ditanami berbagai jenis sayuran yaitu kentang, wortel, gobis dan sawi. Seiring perkembangan zaman dusun jurang kuali meningkat setatusnya menjadi desa SumberBrantas tahun 2007 dengan jumlah penduduk sebesar 3.872 jiwa. Berada diketinggian 1500 dpl desa sumberbrantas yang masuk kecamatan Bumiaji merupakan kawasan paling tinggi di Kota Batu. Berbatasan dengan kabupaten mojokerto. Desa Sumberbrantas dikelilingi lembah, jurang dan gugusan perbukitan, merupakan potensi besar untuk menjadi kawasan wisata alam. Dari sini kita bisa melihat dengan jelas (bila tidak mendung) aktivitas Gunung Arjuna dan Welirang. Tentunya hamparan luas tanaman sayuran dan aktivitas petani menjadi nilai tersendiri. Kegiatan pariwisata sebenarnya sudah lama dilakukan dengan adanya air panas cangar yang sudah dimanfaatkan sejak pendudukan belanda. Infrastruktur jalan yang sudah diaspal dengan baik berjarak sekitar 18 km dari pusat kota batu menarik wisatawan mendatangi obyek ini terutama hari sabtu dan minggu bisa mencapai ribuan pengunjung. Dikelilingi oleh kawasan Hutan Lindung yaitu Taman Hutan Raya Raden Suryo kawasan ini bisa mengembangkan wisata jalan-jalan (trecking) baik jalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Satu lagi potensi desa yang sangat besar adalah adanya sumber mata air sungai brantas, yaitu Arboretum, nama desa juga diambil dari keberadaan sumber air ini. Sebagai daerah tangkapan air (cathment area) yang dilindungi kelestarian alamnya, arboretrum menarik untuk dikunjungi sebagai wisata pendidikanSaat ini di Desa Sumber Brantas telah banyak tersedia sarana-sarana penunjang, baik untuk para wisatawan juga untuk masyarakat Desa. sarana-sarana tersebut adalah. Saat ini di Desa Sumber Brantas telah banyak tersedia sarana-sarana penunjang, baik untuk para wisatawan juga untuk masyarakat Desa. sarana-sarana tersebut adalah.

Sarana Kesehatan:

No

Nama

Jumlah

1

Gedung Puskesmas Pembantu

1 buah

2

Posyandu

4 buah

3

Jumlah Akseptor KB

841 jiwa

4

Pasangan Usia Subur

766 orang


Sarana Olah Raga:

No

Nama

Jumlah

1

Perlengkapan Sepakbola

1 unit

2

Perlengkapan Bola Voli

2 unit

3

Perlengkapan Renang

1 unit


Jumlah Penduduk Perdesa atau Kelurahan:

No

Nama Desa/Kelurahan

Jumlah Penduduk

1

Punten

5.158 jiwa

2

Sumbergondo

3.354 jiwa

3

Bulukerto

5.465 jiwa

4

Tulungrejo

8.022 jiwa

5

Gunungsari

5.989 jiwa

6

Bumiaji

5.930 jiwa

7

Pandanrejo

4.864 jiwa

8

Giripurno

8.400 jiwa

9

Sumber Brantas

3.872 jiwa

.

13 Oktober 2008

Paranormal Harus Turut Bertanggung Jawab atas Banyaknya Bencana di Negeri ini


Oleh : Edy Wahyu k


Dalam cerita Negeri kita adalah negeri yang "Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo" negeri yang kaya makmur tidak kurang suatu apapun, bahkan ada yang mengibaratkan negeri kita bagaikan Zamrut di Katulistiwa namun cerita tersebut sangat kontras dan bertolak belakang dengan kondisi yang sebenarnya, bencana terjadi hampir terjadi di setiap tempat, kelaparan hampir terjadi disetiap waktu dan pertikaian antar sesama sering kali tak terlakkan.Leluhur kita dikenal mempunyai peradaban sosial dan kebudayaan yang cukup tinggi, hingga pada setiap karya yang mereka buat tidak hanya mempunyai nilai seni yang tinggi namun juga mempunyai daya linuih, diantara ciptaan para leluhur kita adalah benda-benda pusaka bertuah kategori benda pusaka misalnya keris pusaka, tombak, pedang, kudi, tlempak, wedung, menur atau jenis tosan aji, jenis batu-batuan dan benda-benda bertuah lainnya. Para leluhur tidak begitu saja menciptakan benda-benda tersebut, para empu menciptakan sebilah keris tidak selalu difungsikan sebagai senjata namun tidak jarang keris tersebut ditanam pada suatu tempat dengan tujuan penyelarasan cosmos pada suatu tempat yang bermasalah contohnya penanaman Paku Bumi yang ditanam oleh seorang empu pada daerah yang mempunyai tingkat kemiringan tinggi dan rawan longsor, Keris Trah Banyu yang sengaja ditanam di daerah kering supaya mendapat limpahan air yang bisa mencukupi kebutuhan masyarakat dan masih banyak contoh-contoh lain yang kesemuanya berhubungan dengan Cosmos alam raya termasuk kejiwaan manusia.

Kita sering mendengar perburuan atau penarikan benda-benda pusaka dan benda gaib dengan proses berbagaimacam ritual dan upacara yang dilakukan oleh banyak paranormal atau banyaknya proses jual beli barang-barang pusaka yang dilakukan oleh para kolektor. Memiliki sebuah keris memang sangat membangggakan, disamping ikut nguri-uri (bahasa jawa) dan melestarikan budaya yang adi luhung warisan nenek moyang juga menambah dan menumbuhkembangkan semangat mencintai budaya nenek moyang. Tapi bila proses ini dilakukan secara sembarangan akan dapat berakibat buruk dan fatal kita bisa bayangkan bila barang-barang tersebut diambil atau tercabut dari tempatnya ditanam yang ditujukan sebagai penyelaras alam, kondisi cosmos alam akan simpang siur dan tidak seimbang hinga terjadi banyaknya bencana alam tanah longsor, banjir, kekeringan yang berkepanjangan, luapan lumpur panas, hempasan angin putting beliung dan kondisi emosional manusia yang tidak menentu hingga sering terjadi pertikaian dan lain sebagainya.

Banyaknya bencana di negeri kita hendaknya bisa dijadikan bahan efaluasi bagi kita semua untuk bisa lebih arif dalam memperlakukan alam ini, biarkan segala sesuatau yang ada dan sudah tertata untuk tidak di otak-atik lagi bahkan jauh lebih baik bila kita mengembalikan benda pusaka yang pernah kita tarik pada kondisi awal pusaka itu ditanam agar keselarasan cosmos alam tertata kembali. Para leluhur kita tentunya akan sangat bersedih bila sesuatu yang telah mereka ciptakan untuk kemaslahatan disalah gunakan bahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi-pribadi….