10 Desember 2008

KERASNYA JALANAN JADIKAN MENTAL KUAT

Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat ditingkat bawah ditambah sulitnya mencari pekerjaan menjadi faktor yang dominan penyebab banyaknya aktiifitas untuk mencari penghidupan di jalanan. Tak terkecuali anak-anak pun banyak dilibatkan atau terpaksa melibatkan diri untuk mencari nafkah dengan jalan mengemis, mengamen disepanjang trotoar dan perlintasan lampu merah, yang merasa malu mereka memilih untuk mengasong. Namun pada hakekatnya kehidupan mereka sama yaitu anak jalanan.


Kehidupan keras jalanan berpengaruh pada perkembangan mental, mereka akan terlihat lebih kuat dan mandiri dibanding dengan anak sebaya yang hidup dalam suasana social yang normal. Dalam menghadapi Razia misalnya banyak diantara mereka yang mengaku tak khawatir lagi, kerasnya kehidupan jalanan membuat mental mereka menjadi sangat kuat. Soal perkelahian misalnya paling tidak seminggu dua kali, itu sudah merupakan sesuatu aktifitas yang lumrah.


Namun ada sesuatu yang menarik dari sisi kehidupan mereka, bahwa kerasnya jalanan tidak membuat mereka melupakan tuhan. Banyak hal yang dapat diperoleh dari kerasnya kehidupan jalanan, disana mereka bisa mencari teman untuk berdiskusi atau sekedar berbagi cerita, termasuk untuk membicarakan sesuatu yang baik dan buruk, untuk berbagi biasanya mereka mencari anak-anak yang lebih dewasa. Berbagai karakter ada dilingkungan komunitas anak jalanan, dalam berdiskusi biasanya mereka banyak membahas sesama teman sebaya selebihnya cerita-cerita tentang seks dan lawan jenis. Yang agak unik kebiasaan berdiskusi didominasi anak jalanan laki-laki, sedangkan yang perempuan lebih banyak diam, bisa jadi hal tersebut terjadi dikarenakan factor gender, dimana perempuan memang cenderung tertutup. Dari keseluruhan anak jalanan 85 persen anak-anak jalanan pernah mengenyam pendidikan formal sisanya tidak pernah, mayoritas dari mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal adalah laki-laki.


Sebagian dari mereka status pendidikanya adalah lulusan SD lainya mengaku harus putus ditengah jalan dan tidak ada pilihan lain selain harus beraktifitas dijalanan. Beberapa diantara mereka ada juga yang masih aktif menempuh pendidikan formal rata-rata usianya sekitar 6-14 tahun, 70 persen mereka yang masih sekolah rata-rata masih menjadi tanggungan orang tuadalam hal biaya. Sedang 25 persen lainya mengaku dibantu LSM yang membimbingnya. Selebihnya biaya sendiri, saudara atau majikan. Dari seluruh anak jalan 70 persen dintaranya memiliki pekerjaan. Mereka mengaku tidak hanya nongkrong atau iseng di jalanan, kebanyakan menjadi pengamen, mengasong Koran atau menjual makanan.


Dalam keseharian anak jalanan mengais rejeki selama 6-8 jam tanpa mengenal hari libur, mereka memilih jam siang dan sore hari, namun ada juga yang melakukan pekerjaan di malam hari, hanya tidak banyak yang melakukan. Soal penghasilan, setiap harinya paling tidak mereka memperoleh Rp. 6 sampai 10 ribu seorang, pendapatan tertinggi dalam satu hari yang pernah mereka capai bisa sampai Rp. 30 ribu. Bila dimbil rata-rata setiap harinya mereka memperoleh Rp. 15 ribu, tidak ada hubungan antara anak jalanan laki-laki dalam kaitannya dengan penghasilan Untuk apa uang yang mereka peroleh? Kebanyakan diantara mereka menjawab uang itu akan mereka berikan kepada orang tua, hanya beberapa diantara mereka yang mengaku uang hasil dari mereka bekerja hanya cukup digunakan untuk makan dan sekedar mencari hiburan misalnya untuk main game Play Station.


Lantas kemana mereka mencari bantuan ketika mendapat kesulitan atau masalah yang mereka anggab serius, seperti tertanggkap dalam operasi Preman yang sering digelar aparat kepolisian selain razia-razia yang dilakukan oleh SATPOL PP? Orang Tua dan LSM pembinalah yang dijadikan sasaran pertama, hanya sekitar 5 persen yang berani menghadapi sendiri, itupun sudah masuk kategori bukan anak-anak namun sudah masuk usia dewasa


[Edy Wahyu K, Sahabat Anak Jalanan]

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya mahasiswa tingkat akhir di UNJ, berminat untuk mengadakan penelitian tentang anak jalanan yang masih sekolah formal, apakah bisa dibantu diberikan info terkait?

terimakasih.
yuliahidayati@rocketmail.com